Selasa, 04 Oktober 2016

Kopi Pagi: Seorang Sahabat Lama


Entah lama apanya. Yang jelas sudah lama tidak bertemu. Pun lama tidak memikirkannya. 


Ah.. Pagi Selasa yang indah. Dibangunkan suara adzan subuh dan menyudahi sholat dengan duduk manis sambil berangan. Siapa sangka keenggak sengajaan mempertemukan kita dengan kenangan. Kenangan manis kebocah-bocahan. Aku cukup berterimakasih dengan instagram yang sering mempertemukanku dengan berbagai orang dari berbagai dimensi waktu, meskipun slogannya bukan connecting people, tapi nyatanya aku connected. Dengan seorang anak kecil (sekarang sudah gadis) yang dulu kupikir seorang anak blasteran Jepang. 

Dulu, waktu masih SD aku sempat sekolah di Jogja. SD Lempuyang Wangi II jadi sebuah taman bermain bocah-bocah jawa yang kemudian menjadi awal mula kenangan. Dan sekarang aku bertemu lagi dengan salah satu anak geng ku dulu. 

Aku menyapanya duluan lewat inbox di instagram, kurang banyak keyakinan kalau dia masih kenal aku. Ternyata ini bocah masih inget aku, bahkan sampai alamat rumahku.

"Aku masih inget alamat rumahmu"
"Melati wetan" (ex rumahku dulu)
"Sumpah aku sampe skrg kalo lewat daerah situ 'hmmm rumahnya sendy' GT! hahahahah"

Dan akupun masih ingat nama adiknya, masih pula ingat nama ayah ibunya, masih pula ingat kalau dulu aku main Play-Doh di rumahnya yang artistik banget bersama anjing-anjingnya yang banyak itu. Sebuah pendapat cengeng yang mengatakan waktu dapat mengubah seseorang tak selamanya benar. Bocah ini tetap teman lamaku yang dulu. Yang ramah, yang periang, hanya saja sudah lebih cantik, dan sudah menggantungkan mimpinya di galaksi. Ya, lama kabarnya hilang, tau-tau sekarang muncul di Paris jadi mahasiswi perfilman di salah satu universitas di sana. Aku nggak heran karena dia memang punya darah kental seniman. 

Aku melihat sesosok teman yang bersentuhan dengan liberalisme dan kebebasan. Yang tetap pada warna pribadinya dan meskipun jauh aku tetap bisa merasakan semangatnya di sana.

Siapa sangka bertemu sahabat lama bisa membuat hatimu membuncah karena ia ternyata masih ingat setiap hal yang ada pada dirimu waktu dulu, yang tidak pernah kamu sangka masih ia simpan erat dalam memori hatinya. 


Sekarang aku merasa seperti sedang jalan-jalan di dalam sebuah terowongan kembang gula (atau mungkin asap) berwarna pink dan biru, mungkin juga ungu dan putih dengan hiasan lampu-lampu kecil remang-remang berbentuk bulat seperti ceri yang bergelantung di dinding-dinding.


****




Terbersit di pikiran:

Aku bukan salah satu anak yang pintar mencari teman. Bukan anak gaul yang hits dan supel dalam pergaulan. Makin besar makin sulit rasaku untuk mencari teman. Entah apa yang sulit, Padahal aku selalu bersemangat kalau diajak kenalan. Mungkin karena bukan aku yang ngajak kenalan. Tapi aku tetap menikmati diriku meskipun terkadang aku ingin ini ingin itu. Setiap orang sempurna dengan ketidak sempurnaan mereka masing-masing. Dunia begitu luas sehingga aku bingung harus memilih jalan yang mana. Tapi dari pemikiran ini, mungkin aku mulai tau aku harus jadi siapa.

(Di tulisan ini, aku sempet stuck berkali-kali karena terlalu asik mengenang masa lalu, hanyut, sampai bingung mau nulis apa)


-Kristalia Sandria, meniti dongeng lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar