Jumat, 30 Januari 2015

Dapur Sendy

Pernah bingung mau masak apa hari ini? Mungkin buat visitors yang nge-kost atau udah kerja pernah mengalaminya. Memang sih urusan makan sehari-hari bisa beli saja, tapi aku lebih suka masak sendiri. Nah hari ini aku masak sayur asem. Sayur yang simpel, tapi seger banget, cocok untuk makan siang, tinggal tambah tempe goreng atau ikan goreng juga enak. Ini resep sayur asem yang simpel banget, gampang kok bikinnya, selamat mencoba!

Sayur Asem
Bahan:
  • 1 liter air putih
  • 1 buah jagung manis, potong-potong
  • 100 gr kacang panjang
  • 1 buah labu siam, potong-potong
  • 3 cm lengkuas, memarkan
  • 5 lembar kubis, potong-potong
  • 9 buah melinjo
  • 40 gr daun melinjo
  • 1 buah terong hijau ukuran sedang, potong-potong
  • 1 buah terong ungu, potong-potong
  • 8 butir bawang merah, iris
  • 5 butir bawang putih, iris
  • 3 buah cabai hijau, potong serong
  • 1 sdt asam jawa
  • Gula dan garam sesuai selera
Cara membuat:
  1. Didihkan air, setelah mendidih masukkan bawang merah, bawang putih, cabai hijau, asam jawa dan lengkuas. Masukkan labu siam dan jagung.
  2. Setelah labu siam agak lunak, masukkan terong hijau dan ungu. Masukkan melinjo.
  3. Terakhir, masukkan kacang panjang, tunggu sebentar lalu masukkan kubis dan daun melinjo. Masak sampai matang, beri gula dan garam sesuai selera.
Daaan sudah jadi! Selamat makan siang!



Rabu, 28 Januari 2015

Ayahku

Pagi ini aku baru saja habis mandi dan sebuah nama muncul di layar hpku. Begitu melihatnya cepat-cepat kuangkat telepon itu. "Assalamualaikum, ayah."

Betapa aku merindui lelaki paruh baya ini. Suaranya selalu berhasil menyejukkan sepetak ruang hatiku -dengan nama ayah di dalamnya- yang agak mengering. Ayah.. Apa kabar hari ini? Ayah sehat? Ayah sudah makan? Sendy kangen ayah. Ayah lagi apa?.

Aku ((((mungkin)))) telah terbiasa dengan keadaan yang kami alami saat ini. Sejenis long distance relationship. Dimana aku tidak dapat selalu menggandeng tangan, atau sekedar memandang mata ayah. Ayah selalu punya nasehat-nasehat ajaib untukku. Meskipun sekarang hanya bisa kudengar tawanya yang keras itu lewat telepon.

Jarak telah memisahkan aku dan ayah. Tanggung jawab tugas yang diberikan kepada ayah dan studiku memaksa kami untuk tidak berdekatan. Namun dari sini, aku masih bisa mengirimkan sebuah pesan singkat berisi rindu, kapan saja, lewat apa yang aku sebut telepati. Bukan telepati dari topi telepati seperti milik Doraemon, tapi yang seperti punyaku dan ayah. Sejenis kata sandi yang hanya aku dan ayah yang tau.

Ayah sangat sayang padaku. Begitu juga aku. Ayah selalu memberikan apapun yang aku inginkan. Bahkan ayah memberikannya tanpa aku minta. Aku tak pernah minta boneka, baju, atau sepatu baru selama yang lama masih ada. Tapi ayahlah yang membuat lemari bajuku penuh sesak. Namun begitu bukan berarti ayah tak pernah marah padaku. Ayah tak jarang memarahiku, namun setelah kami bertengkar kami membeli es krim bersama dan berbaikan.

Dewasa ini, aku jarang berdekatan dengan ayah. Dan sungguh rasanya ada sesuatu dalam hatiku yang memudar. Blurred. Seperti rasa kosong. Walaupun aku bisa kapan saja meminta ayah untuk pulang menjengukku, tapi aku tak mau mengganggu tanggung jawabnya yang akan diadili di akhirat nanti.

Berbahagialah kalian yang setiap kali pulang ke rumah bisa langsung melihat ayah kalian, atau menunggu ayah pulang dari kantor sambil nonton tv. Bisa membuatkan kopi untuk minum ayah di sore hari, atau membantu ayah menyemen garasi. Aku pernah membantu ayah menyemen garasi, tapi hasil semenanku jelek, jelek sekali.

Ayah di Pulau Bangka dan aku di Jawa. Pernah waktu itu saat aku berkunjung ayah mengajakku ke pantai. Berdiri di depan sebuah samudera membuatku tersadar. Bentangan biru itu indah, ayah, gugusan riak-riaknya sejumlah dengan rindu. Rinduku pada ayah.

Untuk ayah yang selalu tau kemana bintang mengarah

Untuk ayah yang selalu tenangkan badainya 

Sungguh rindu ini akan terus ada
 
***

Pagi ini aku baru saja habis mandi dan sebuah nama muncul di layar hpku. Lalu ayah bertanya tentang sesuatu yang menurutku agak janggal. Ayah bertanya apakah aku punya waktu untuk mengobrol dengannya.

"Waalaikumsalam. Sweetheart, do you have some time for me?".

Tentu saja aku segera menjawab:

"I have centuries."

-Kristalia Prayitno, yang dengan bangga memakai nama belakangmu.

Jumat, 23 Januari 2015

Teruntuk Kamu, Hati yang Kunanti.

"Bagaimanapun kau mengatakannya, bagaimanapun kau menolaknya...
Cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya."

Aku terdiam setelah membaca sebaris prosa ini dari sebuah blog. Seperti menemui sebuah persimpangan yang kanan kirinya kamu tak tahu kemana tujuannya. Dan entah kenapa hal pertama yang muncul di kepalaku adalah, wajahmu. Aku tak pernah pintar merendam rindu, terlebih setelah kita tak dapat lagi saling jumpa seenaknya seperti dulu.

Percayakah kamu, bahwa sesungguhnya semua kejadian di dunia ini bukanlah kebetulan? Percayakah kamu bahwa bahkan, sesungguhnya beberapa peristiwa diam-diam saling bertautan?

Jika aku boleh memilih, aku ingin mengulang semuanya dari awal. Mengenalmu, lalu cukup. Sebatas itu saja. Biarlah aku merasakan semua ini sendiri tanpa tau apakah kamu merasakan hal yang sama denganku. Biarlah ekor mataku yang sambil sembunyi mengikuti punggungmu saat kamu berlalu. Biarlah aku mencintaimu, dalam diam. Namun semuanya sudah terjadi. Aku mengangumimu. Dan sulit rasanya untuk tidak.

***

Tadi pagi saat sarapan aku bertanya-tanya sendiri. Kenapa kita tidak bertemu nanti saja? Saat aku sudah siap menikah, dan saat kamu juga sudah siap membangun sebuah rumah tangga? Ya.. Setidaknya setelah aku lulus kuliah. Mungkin menyenangkan ya ketika sudah dewasa dan menikah. Membangun sebuah keluarga sakinah, mawadah, warahmah, beribadah bersama, punya anak yang lucu-lucu...

Aku keselek roti.

Kenapa aku jadi mikirin pernikahan?

Lalu aku tersadar. Kuliah.. Masuk kuliah saja belum, sudah galau memikirkan pernikahan (memangnya siapa yang galau?). Masih terlalu prematur bagi Kristalia Sandria Arys Saputri untuk memikirkan pernikahan. Lagi pula, aku masih harus senang-senang, menikmati semua keceriaan ini, masih mau kuliah, les nge-drum, dan bikin taman pintar gratis *dasar manusia labil, katanya tadi pengen nikah? >,<*.

***

Hati, sejujurnya aku bersyukur dengan keterpisahan kita. Sadarilah bahwa sesungguhnya inilah cara Allah menjaga kita. Agar perasaan ini tak mengalahkan iman kita. Agar saat bertemu nanti, aku dan kamu sudah siap untuk menjadikan perasaan ini sebagai ibadah kepada-Nya, bukan malah mendatangkan murka-Nya.

Hati.. Kuharap kamu tak kecewa. Kuharap kamu tak marah.

Aku (kelewat) mengagumimu. Dan tanpa aku sadari rasa ini mengakar, tumbuh subur menjadi kasih sayang. Hati, aku tak ingin ini tumbuh meliar dan tak terkendali. Mekar dan berbunganya nanti saja, jika waktunya sudah tepat. Aku ingin sempurna seluruh ibadahmu, aku ingin, ingin sekali menjagamu, dari ketidak mampuanku menjaga diri.

Ku harap nanti saat kita bertemu, kita telah menjadi lebih baik dan menjadi lebih siap untuk satu sama lain. Ku harap kamu tak lelah untuk terus hidup dalam bayang-bayangku. Sama sepertiku yang tak menangis menahan perih-perih rindu.

"Bagaimanapun kau mengatakannya, bagaimanapun kau menolaknya...
Cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya."

Cinta, aku tak menolakmu, aku juga telah mengakui keberadaanmu.. Tapi aku putuskan untuk tak menumbuhkanmu dulu.

Ayo, sama-sama kita titipkan rindu ini pada-Nya.

Bukankah Dia Sang Penggenggam Hati?

-Kristalia Sandria, Teruntuk kamu, hati yang kunanti.

Jumat, 16 Januari 2015

Return

Akhirnya, setelah freezing satu tahun lamanya...
Dimulai dari kenaikan kelas dan akhirnya berlanjut ke dalam segudang masalah di tahun terakhir SMA. Padahal blog ini baru ku buat dan nggak lama kemudian sudah harus ditinggalkan.
Rasanya nggak nulis selama setahun itu... Menyebalkaaan hehe. Entah kenapa di saat aku nggak ada di depan monitor aku selalu dapet ide buat ditulis. Dan pada saat itu juga aku nggak bawa kertas atau pensil atau arang yang bisa kupakai. Dan serunya lagi setelah sampe rumah aku lupa apa yang mau aku tulis, huaaa this is a struggle to be a writer. Um, not a writer officially yet hehe but soon insyaallah :D
Buanyaak sekali kejadian yang aku alamin setahun ini. Aku stress mikirin ujian, SNMPTN, SBMPTN, dan lain sebagainya. Seneeeng buanget waktu liat pengumuman kelulusan. Sedih banget harus ninggalin sekolah tempat ngumpul bareng temen-temen dan guru-guru. Sedih harus ninggalin mama Ines yang kantinnya asik dan sotonya enak. Sedih harus ninggalin kota kecil Sungai Penuh yang sejuk banget itu.
Tapi to get something new we have to keep moving forward kan, jadi ya ayoo kita terus berjalan.
Now im return. Aku tetap nulis dan baca. Let's go to the next pageeee.
Welcome to myself and welcome to you :D