Jumat, 23 Januari 2015

Teruntuk Kamu, Hati yang Kunanti.

"Bagaimanapun kau mengatakannya, bagaimanapun kau menolaknya...
Cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya."

Aku terdiam setelah membaca sebaris prosa ini dari sebuah blog. Seperti menemui sebuah persimpangan yang kanan kirinya kamu tak tahu kemana tujuannya. Dan entah kenapa hal pertama yang muncul di kepalaku adalah, wajahmu. Aku tak pernah pintar merendam rindu, terlebih setelah kita tak dapat lagi saling jumpa seenaknya seperti dulu.

Percayakah kamu, bahwa sesungguhnya semua kejadian di dunia ini bukanlah kebetulan? Percayakah kamu bahwa bahkan, sesungguhnya beberapa peristiwa diam-diam saling bertautan?

Jika aku boleh memilih, aku ingin mengulang semuanya dari awal. Mengenalmu, lalu cukup. Sebatas itu saja. Biarlah aku merasakan semua ini sendiri tanpa tau apakah kamu merasakan hal yang sama denganku. Biarlah ekor mataku yang sambil sembunyi mengikuti punggungmu saat kamu berlalu. Biarlah aku mencintaimu, dalam diam. Namun semuanya sudah terjadi. Aku mengangumimu. Dan sulit rasanya untuk tidak.

***

Tadi pagi saat sarapan aku bertanya-tanya sendiri. Kenapa kita tidak bertemu nanti saja? Saat aku sudah siap menikah, dan saat kamu juga sudah siap membangun sebuah rumah tangga? Ya.. Setidaknya setelah aku lulus kuliah. Mungkin menyenangkan ya ketika sudah dewasa dan menikah. Membangun sebuah keluarga sakinah, mawadah, warahmah, beribadah bersama, punya anak yang lucu-lucu...

Aku keselek roti.

Kenapa aku jadi mikirin pernikahan?

Lalu aku tersadar. Kuliah.. Masuk kuliah saja belum, sudah galau memikirkan pernikahan (memangnya siapa yang galau?). Masih terlalu prematur bagi Kristalia Sandria Arys Saputri untuk memikirkan pernikahan. Lagi pula, aku masih harus senang-senang, menikmati semua keceriaan ini, masih mau kuliah, les nge-drum, dan bikin taman pintar gratis *dasar manusia labil, katanya tadi pengen nikah? >,<*.

***

Hati, sejujurnya aku bersyukur dengan keterpisahan kita. Sadarilah bahwa sesungguhnya inilah cara Allah menjaga kita. Agar perasaan ini tak mengalahkan iman kita. Agar saat bertemu nanti, aku dan kamu sudah siap untuk menjadikan perasaan ini sebagai ibadah kepada-Nya, bukan malah mendatangkan murka-Nya.

Hati.. Kuharap kamu tak kecewa. Kuharap kamu tak marah.

Aku (kelewat) mengagumimu. Dan tanpa aku sadari rasa ini mengakar, tumbuh subur menjadi kasih sayang. Hati, aku tak ingin ini tumbuh meliar dan tak terkendali. Mekar dan berbunganya nanti saja, jika waktunya sudah tepat. Aku ingin sempurna seluruh ibadahmu, aku ingin, ingin sekali menjagamu, dari ketidak mampuanku menjaga diri.

Ku harap nanti saat kita bertemu, kita telah menjadi lebih baik dan menjadi lebih siap untuk satu sama lain. Ku harap kamu tak lelah untuk terus hidup dalam bayang-bayangku. Sama sepertiku yang tak menangis menahan perih-perih rindu.

"Bagaimanapun kau mengatakannya, bagaimanapun kau menolaknya...
Cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya."

Cinta, aku tak menolakmu, aku juga telah mengakui keberadaanmu.. Tapi aku putuskan untuk tak menumbuhkanmu dulu.

Ayo, sama-sama kita titipkan rindu ini pada-Nya.

Bukankah Dia Sang Penggenggam Hati?

-Kristalia Sandria, Teruntuk kamu, hati yang kunanti.

1 komentar: